Bersama si Nani Cerita Sex


Doni, begitu semua orang memanggilku, aku adalah seorang pria berumur 30 tahun, memiliki tinggi badan 174 cm dan badan yang cukup tegap, wajah yang kata orang cukup ganteng karena dianugerahi hidung yang cukup mancung. Meskipun aku tidak memiliki kulit yang putih seperti kebanyakan bintang film, tapi aku tak memungkiri kalau dulu aku sempat gampang sekali mendapatkan wanita selama masaku SMA dan kuliah. Semua wanita yang aku inginkan pasti bisa kudapatkan. Cap ‘Playboy’ dan ‘Don Juan’ pun menancap padaku karena terlalu sering berganti pacar, belum lagi terhitung teman mesra atau apalah istilahnya. Dan aku tidak memungkiri kalau semasa mudaku dulu, aku sering menikmati tubuh wanita, karena memang tubuh wanita diciptakan untuk dinikmati pria, setidaknya itu menurutku (gw yakin para pembaca juga banyak yang berpendapat sama dengan gw kan? Hehe..). 
Tapi sekarang masa mudaku sudah lewat, sekarang aku sudah berkeluarga, dengan satu Istri cantik yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, Viona namanya. Dan aku juga dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat lucu, bernama Diana, yang sekarang masih berumur 2 tahun. Aku adalah seorang pegawai untuk sebuah instansi, dinasku di sebuah kota kecil diujung Indonesia, jauh dari kampung halamanku dan Viona. Aku dan keluargaku tinggal di rumah yang disediakan oleh instansiku, karena memang kedudukanku di instansi tersebut sudah lumayan tinggi, sehingga instansiku menyediakan fasilitas rumah, mobil, beserta sopirnya. 
Rumah kami hanya memiliki empat kamar, dan rumahku terletak sangat dekat dengan kantorku, dirumah aku tinggal bersama keluarga kecilku, sopirku, dan satu orang pembantu yang merangkap sebagai babysitter Diana. 
Kali ini aku akan menceritakan pengalamanku yang cukup menarik, dan aku akan membagi cerita ini dengan para pembaca. Yaitu cerita tentang ke’nakalan’ku dengan Nani, pembantuku yang merangkap menjadi babysitter Diana. Nani adalah seorang wanita muda yang sangat menarik. Wajahnya manis sekali (hampir mirip Michelle Ziudith, tapi ini versi kampungnya dan bibirnya agak lebih tebal sedikit), berumur 19 tahun. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sekitar 155 cm, badannya semok, kulitnya putih, dan yang paling menyorot perhatian, kedua toketnya yang cukup besar, mungkin berukuran 34C (bisa kebayang kan gimana perawakannya..?). 
Sudah setahun Nani ikut dengan keluargaku, pada awalnya aku tidak pernah memperhatikannya, karena selama ini dia tidak terlihat menarik dimataku. Meskipun kulitnya putih, tapi pada awal bergabung dengan keluargaku kulitnya masih agak kotor, rambutnya agak ikal hampir sepunggung dan tak terurus. Setahun bersama dengan kami, kulit putihnya menjadi semakin bersih, karena Istriku membelikan semua kebutuhannya, termasuk lotion dan lainnya. 
Pada suatu saat, Istriku menyuruh Nani untuk memotong rambutnya dan merebondingnya. Pertama kali aku melihat Nani dengan rambut pendek sebahu dan lurus, wajah Nani seakan berubah. Nani menjadi sangat menarik untuk dilihat, baru hari itu aku melihat pembantuku ini dari atas kebawah. Sungguh menarik sekali, wajahnya terlihat putih bersih, tidak seperti setahun yang lalu sewaktu pertama kali datang. Akupun jadi mulai berpikir macam2, tetapi belum meniati untuk mendekatinya.

Kejadian yang akan kuceritakan ini bermula pada saat suatu malam, aku terbangun dari tidurku, sekitar pukul 1.30. Rasa mulas diperutku memaksaku untuk bangun dan beranjak ke toilet. 
Aku keluar kamar dengan perlahan agar istriku tidak terbangun. Pandanganku menyapu kondisi diluar kamarku setelah menutup pintunya dengan perlahan. 
Pandanganku menangkap Nani yang sedang terlelap di sofa depan TV. Sejenak aku perhatikan Nani dari depan pintu kamarku, tapi rasa mulas memaksaku untuk segera masuk ke kamar mandi, mengalahkan rasa penasaran atas apa yang telah dilihat oleh mataku. Setelah aku membuang semua rasa mulasku, aku segera beranjak dari kamar mandi. Dengan rasa penasaran aku melangkahkan kaki untuk mendekatinya, tertarik untuk melihatnya lebih dekat lagi. 
Pemandangan yang kulihat saat didekatnya sungguh membuat jantungku berdegup, Nani menggunakan kaos tipis berwarna coklat, dan celana boxer agak ketat berwarna putih. Kedua tangannya berada diatas kepalanya yang terletak pada bantal sofa yang tidak terlalu tinggi, sehingga membuat kedua toket besarnya terlihat mencuat keatas. Wajahnya menoleh kekiri, dengan mulut yang agak terbuka sedikit, membuat bibir yang agak tebal itu terlihat sangat menggairahkan.
Secara otomatis kelelakianku bangkit, keinginan untuk menikmati tubuh Nani seakan langsung mengontrol otakku. 
Kulihat sekilas ke arah kamar Pak Ata, sopirku yang juga tidur dirumahku setiap hari, untuk meyakinkan kondisi aman. Kamarnya tertutup rapat dan tidak ada suara apapun dari dalamnya.
Setelah kuyakini kondisi aman, pandanganku kuarahkan kembali kepada Nani yang sedang tidur terlelap. Paha sampai tumitnya putih mulus, toketnya besar membusung, membuatku ingin menggerayangi tubuhnya. 
Akhirnya aku memberanikan diri. Aku berlutut didepannya dan mengarahkan kedua tanganku ke kedua toket besarnya. Dan kedua tangankupun mendarat di kedua toket besarnya itu.
‘Aahhh..sungguh besar toketmu nani..’ dalam hatiku, kuremas sedikit toketnya.
‘Hhhhhhhhh..kenyal dan besar sekali..’ gumamku.
Sungguh membuat nafsuku bangkit. Kuremas sekali lagi, dia tetap tertidur pulas. Akupun semakin berani mengerjainya. Kuarahkan tangan kiriku ke selangkangannya, kuusap memeknya dari luar celana boxer tipisnya. Memang Nani menggunakan celana boxer, tapi celana itu tipis, sehingga pada saat kuberi tekanan sedikit, terasa belahan memeknya ditanganku. Kuusap-usap sebentar memeknya, sambil kulihat wajahnya yang masih terlelap. 
Kuusap kontolku yang sudah berdiri keras dari luar celanaku karena aku merasa sangat bernafsu sekali.
Dengan perlahan kudekatkan bibirku ke bibirnya, lalu menciumnya. Kukulum bibirnya pelan, sambil dengan perlahan kumasukkan lidahku kedalam mulutnya.
‘Hhhmmhhh..’ gumamku pelan.
Tidak ada reaksi apapun dari Nani membuatku semakin menggila. Kuputuskan untuk mengangkat kaosnya, untuk melihat kedua toketnya. 
Kuangkat pelan kaosnya, dan terlihatlah BH warna merahnya, menutupi kedua toket besarnya.
‘Aaaahhh…nani…sungguh luar biasa..’ gumamku dalam hati.
Putih dan mulus sekali dada bagian atasnya. Kedua bongkahan toket besarnya telihat begitu padat memenuhi BH merahnya. Sungguh toket yang sangat mempesona. Kaosnya kuangkat sampai dibawah lehernya, kemudian kain BH nya kuangkat sedikit sambil kutarik sedikit kebawah, sehingga kedua pentilnya tersembul keluar. 
‘Aaahhh..mantab sekali..nann…’ pikirku.
Pentilnya tidak terlalu besar, mungkin hanya seujung jari kelingking saja. Lingkar pentilnya berukuran sedang, berwarna coklat muda.
‘Come to papa..’ gumamku dalam hati sambil kemudian kukulum kecil pentilnya, kanan dan kiri secara bergantian dan perlahan.
‘Mmmhhh….sungguh luar biasa..’ batinku.
Kemudian kuturunkan celanaku, sehingga kontolku yang sudah sangat tegang mencuat keluar. Kontolku tidak terlalu besar, mungkin hanya sekitar 16 cm, dihiasi jembut tebal yang sengaja kubiarkan tumbuh lebat. 
Kupegang pangkal kontolku dengan tangan kananku, kemudian kuarahkan kepala kontolku ke arah mulut Nani yang sedikit terbuka. Kemudian sedikit demi sedikit kudorong kontolku masuk kedalam mulutnya.
‘Aaahhh..isep kontolku naaannhh..’ batinku.
Agak sedikit linu kontolku terkena giginya, tapi kurasakan nikmat sekali. 
Kutarik sedikit, dan kumasukkan lg, kutarik sedikit lagi, dan kali ini kupaksa untuk masuk agak lebih dalam lagi, sampai hampir setengah kontolku masuk kedalam mulut Nani. 
Pada saat itu, kulihat Nani menggerakkan tangannya, sehingga mengharuskanku untuk mencabut kontolku dari mulutnya lalu kemudian mematung. 
Setelah Nani kembali tenang dan kembali tidak begerak, aku mencoba manuver lain. Aku berlutut didepan sofa dan mengarahkan tangan kiriku ke memeknya. Tanganku kuselipkan masuk kedalam boxernya, sekalian kedalam cd nya. Perlahan tanganku merasakan jembut memeknya, lalu mendaratlah tangan ku di memek Nani. Kelembutan memeknya membuat batang kontolku semakin tegang tak karuan. Karena hanya dengan menyentuhnya saja aku bisa membayangkan bagaimana bentuknya. 
Jari tengahku mulai mencari celah memeknya, dan masuk kedalamnya pelan. Sambil kuusap-usap lembut, jariku menemukan itilnya.
‘Mantab sekali..’ gumamku.
Kukeluarkan tangan kiriku dari memeknya setelah beberapa saat memainkannya. Lalu dengan perlahan kukangkangkan kedua kakinya, kemudian aku naik diatas sofa itu. Aku memposisikan badanku didepan selangkangan Nani, dan dengan perlahan menindihinya. Kepala kontolku kutempelkan di memek Nani yang masih tertutup. Selanjutnya dengan perlahan kubuat gerakan penetrasi. Kumajukan pantatku menekan kontolku di memek Nani, dan kumundurkan lagi, pelan-pelan sekali. 
‘Aaaahhh..nikmat sekali..’ dalam hatiku.
Kuarahkan mulutku mengulum pentilnya yang sebelah kanan, sambil dengan pelan kupetting Nani (ngerti petting kan pembaca?). Kontolku menekan-nekan memeknya pelan sambil bergantian kukulum pentilnya, kanan dan kiri. Kuremas-remas kedua bongkahan toketnya, sampai kemudian aku merasakan pentil Nani mulai mengeras.
‘Jelas dia tidak tidur lagi..’ pikirku.
Aku semakin menggila. Mulai kuciumi dan menjilati leher dan dagunya. Aku sudah tidak berpikiran lagi Nani akan bangun atau tidak. Semakin bernafsu kurasakan, semakin kencang tekanan kontolku ke memeknya, meskipun masih terhalang boxernya, tapi sungguh nikmat kurasakan. Setelah menciumi lehernya, aku lalu menjilati telinganya, sambil terus kutekan-tekan kontolku dimemeknya. Setelah sekitar 20 menit kupetting Nani sambil mengulum dan menjilati kedua toket dan pentilnya, menciumi dan menyapu lehernya dengan bibirku, akupun merasakan kontolku hampir memuncak. Dan benar saja, setelah sekali lagi menekan memeknya, aku tak tahan lagi, sehingga kutekan agak dalam kontolku kali itu.
‘Creett..creettt..creetttt…creeetttttt….creettt…!’ keluar semua maniku diboxernya Nani.
‘Aaaaaahhhhhh…sungguh luar biasa nikmat sekali…serasa benar-benar ngentot nani..’ dalam hatiku.
Kulihat Nani tidak bergerak sama sekali. Aku yakin dia sudah tidak tidur lagi dan dia tau apa yang kulakukan. Tapi bagiku dia tidur, dan kuanggap tidur. 
Kemudian aku menaikkan celana pendekku lagi, dan setelah itu beranjak dari posisiku. Sambil memperbaiki celanaku, mataku melihat kearah boxer Nani yang sudah basah oleh maniku.
‘Biar saja..biar besok kamu tau kalo kamu baru saja dipetting majikanmu..’ dalam hatiku (ini salah satu trik maut Don Juan..dan yakinlah, pasti membekas di memori korban..hahaha..).
Kemudian akupun menaikkan BH Nani kembali, dan menarik bajunya turun, kemudian kucium pipi Nani pelan. Kututup kembali BH nya, dan kuturunkan dengan pelan kaosnya. Nani sama sekali tidak bergerak dari posisinya. 
Selanjutnya aku kembali ke kamar untuk beristirahat sambil membayangkan kejadian yang baru saja kulakukan. 

Keesokan harinya aku menjalani kegiatanku seperti biasa. Demikian hal nya dengan Nani, tidak ada perbedaan cara kami bersikap. Hanya mulai saat, itu aku jadi lebih sering memperhatikannya. Setiap ada kesempatan, aku meliriknya dari atas ke bawah, dan otakku selalu membayangkan bagaimana nikmatnya bersetubuh dengannya. 
Nani memang benar-benar hebat dalam bersikap, atau setidaknya dia memang pintar menyembuyikan rasa penasaran soal basahnya boxer yang dipakainya tadi malam. Hal ini membuat perasaan dan pikiranku semakin tidak menentu, mencoba menganalisa dan membuat kesimpulan-kesimpulan yang tak pasti. Namun keraguan dan perasaan itu segera sirna dari pikiranku, setelah bayangan kenikmatan menyetubuhi Nani menghampiriku. Sehingga aku memutuskan, apabila ada kesempatan lagi pasti akan kulakukan lagi, dan yang akan datang, aku akan lebih berani. 
Benar saja, kesempatan emas itu datang. Tiga hari setelah malam itu, Istriku mendapatkan tugas ke luar negeri, hatiku sangat senang mendengar berita itu. 
Singkat cerita, pada hari selanjutnya, kami semua mengantarkan Istriku ke bandara, dan dari sana Istriku akan berangkat ke tujuannya. Istriku menitipkan banyak pesan kepada Nani untuk menjaga Diana. Dan setelah Istriku berangkat, aku, Pak Ata sopirku, Diana dan Nani, kembali kerumah. 
Sepanjang perjalanan aku berpikir bagaimana rencanaku untuk mengerjai Nani malam ini. 
‘Akan kudapatkan keperawananmu sebentar lagi nan..’ dalam hatiku.

Siang berganti malam, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan kami semua berkumpul diruang TV. Aku sama sekali tidak konsentrasi dengan siaran di TV, yang ada dipikiranku hanya bagaimana caranya mengerjai Nani malam ini (gw yakin pembaca juga akan berbuat hal yang sama kan? Hehe..). Setelah melihat jam dinding, terbesitlah ide itu. Ide untuk menggiring Nani tidur dikamarku. Lalu dengan tenang aku menyampaikan kepada Nani untuk membawa Diana tidur, dikamarku tentu saja. 
”Nan..bawa diana tidur dikamar bapak ya..kamu sekalian tidur aja..nanti bapak bangunkan kalo bapak mau tidur..” kataku kepada Nani supaya Pak Ata tidak curiga.
“Iya paak…” jawab Nani lembut.
Nanipun segera mengajak Diana kekamarku untuk membawanya tidur. 
Sambil menunggu Pak Ata masuk ke kamarnya untuk beristirahat, aku mengambil minuman keras kesukaanku, Jack Daniels. Aku memang selalu sedia minuman keras dirumahku. Jack Daniels dan rokok Marlboro merah menemaniku menunggu waktu yang tepat untuk beraksi. 
Waktu menunjukkan pukul 11.45, Pak Ata meminta pamit padaku untuk mendahului beristirahat dikamarnya, tanpa basa basi akupun mengijinkannya.
‘Akhirnyaaaa…’ gumamku.
Kulanjutkan lamunanku bersama rokok dan minumanku, menunggu sampai Pak Ata benar2 pulas tidur. Tak terasa, empat kali takaran double Jack Daniels tanpa es batu melewati tenggorokanku. Kesadaranku mulai sedikit terganggu, tapi aku masih bisa mengendalikan diri, hanya perasaan nyaman yang mulai menyelimuti. 
Bayangan aku akan segera menyetubuhi Nani, membuat kontolku perlahan-lahan mulai bangun dan mengeras.

Waktu menunjukkan pukul 12.30, akupun segera bersiap untuk menjalankan aksiku. Kuletakkan botol minumanku ditempatnya, kumatikan TV yang ada diruang keluarga berikut lampu ruang tamu. Kulangkahkan kakiku menuju kamar Nani, mematikan lampunya dan menutupnya rapat. Kemudian setelah aku mengamati situasi dan meyakinkan aman, aku memasuki kamarku. 
Cahaya TV di dalam kamarku yang menyala menerangi seisi kamarku, AC yang menghembuskan udara dingin membuat Nani tidur meringkuk tanpa selimut, membelakangi Diana.
‘Kedinginan pasti ya..? Tahan bentar lagi ya nan..bentar lagi aku akan menghangatkanmu..hehe..’ dalam hatiku.
Kemudian aku menutup pintu kamarku, kukunci dari dalam, lalu ku setel AC kamarku agar menjadi lebih hangat. Kulihat Diana sudah pulas dikasurnya. Tanpa mematikan TV, akupun menaiki ranjangku.
‘Saatnya aku memainkan nani..’ dalam hatiku.
Rasa raguku seolah sirna dari pikiranku, apalagi pengaruh Mr. Jack Daniels sangat kuat menyelimutiku. Teman baikku yang membuatku menjadi sangat bernafsu saat memikirkan Nani, membuat batang kontolku tegang tak karuan. 
Kudekati tubuh Nani yang meringkuk, dan kupegang lengan kanannya. Perlahan kutarik lengannya, mencoba untuk menelentangkannya. Tanpa kesulitan Nani terlentang tanpa terbangun. 
Kali ini Nani menggunakan kaos coklat tipis, dengan celana pendek biasa berwarna biru, baju rumahan biasa. 
Kemudian aku mengangkat kedua tangannya keatas. Nani tidak bergerak, seperti waktu itu, tidur pulas. Kuangkat kaos coklatnya keatas, sehingga terlihat kedua toketnya yang masih tertutupi BH berwarna cream. Tapi kali ini aku tidak menghentikan kaosnya dibawah lehernya, melainkan melepaskannya semua.
‘Anjriiiitt..ketiaknya mulus banget maann…’ dalam hatiku sewaktu melihat ketiaknya.
Ketiak Nani ternyata mulus sekali, bukan seperti ketiak cewek desa pada umumnya, yang tidak pernah memperhatikan keindahan tubuhnya. 
Kulanjutkan meloloskan bajunya dari kedua tangannya tanpa ada perlawanan dari Nani. Gampang saja kaosnya terbuka, kemudian kucampakkan ke sampingnya. 
Merasa tidak sabaran, akupun langsung menciumi bagian dada Nani yang tidak tertutup BH. 
Aku tidak mau buru-buru membuka BH nya, akan kunikmati tubuhnya malam ini perlahan-lahan. Kuciumi leher Nani, perut Nani, kadang kujilati sedikit, dan kujilati lubang pusarnya. Nani diam saja, tidak bergerak sama sekali. Sampai akhirnya kuraih celana pendeknya dan menariknya kebawah. Kuloloskan celananya dari kedua kaki mulusnya, dan kucampakkan kelantai. Lalu kuciumi kaki Nani dari tulang keringnya, naik kepaha mulusnya, kanan dan kiri. Mulus dan licin sekali kurasakan, sampai pada pangkal pahanya kuberikan sekali kecupan di memeknya yang masih tertutup cd creamnya. 
Nani sekarang hanya menggunakan BH dan cd saja didepanku, terlentang pasrah dan siap untuk kukerjai. 
Aku lalu membuka bajuku, dan celana pendekku, sehingga tinggal tersisa cd ku saja, dengan kontol yang sudah sangat tegang didalamnya. 
Kembali kuciumi perut Nani, naik ke toketnya lalu kuciumi meskipun masih ditutupi BH nya. Ciumanku naik terus keatas, sampai ke lehernya, kusapu leher dan dadanya dengan ciuman lembutku dan jilatan kecilku. Aku kemudian menurunkan kedua tangannya dan berpindah kesebelah tubuhnya, kuselipkan tangan kananku ke punggung Nani, dan meraih kait BH nya, dan membukanya pelan. Selanjutnya kuloloskan BH nya dari kedua tangannya, dan kucampakkan ke lantai. Sekarang toketnya yang besar, kencang dan putih mulus itu, terpampang jelas dimataku. Tanpa menunggu lagi langsung kukulum dan kuremas pelan kedua toketnya, kukulum pentilnya, kanan dan kiri. Kuremas-remas lembut kedua toket besarnya, kupilin-pilin pentilnya, kujilat-jilati sampai aku puas. 
Kurasakan pentil Nani mulai mengeras, menandakan Nani juga sudah mulai horny. 
Nani tetap tidur, atau berpura-pura tidur, aku tak peduli. Sekarang tinggal cd nya saja yang tersisa, dan akupun berniat untuk meloloskan cd nya dari tubuh polosnya. Badanku kuarahkan mendekat kebagian bawah tubuh Nani, kemudian tanganku kuarahkan ke cd nya, dan dengan pelan kutarik cd nya kebawah, meloloskan dari kedua kakinya dan kucampakan ke lantai. Sekarang Nani sudah benar2 bugil didepanku. 
Tubuh Nani terlihat semok, putih mulus dengan kedua toket yang besar dan kencang mendongak keatas dengan pentil yang mengeras.
‘Luar biasa indah tubuhmu nan..’ dalam hatiku.
Sejenak aku menikmati pemandangan indah ini, dalam suasana gelap yang disinari cahaya TV. Kemudian aku membuka kedua kaki Nani, sehingga posisi Nani sekarang terlentang mengangkang. 
Memeknya yang dihiasi bulu jembut yang tidak terlalu tebal itu terlihat masih sangat rapat dan tembem, sangat menggoda sekali. Akhirnya aku bisa melihat Nani bugil sepenuhnya. 
Tak mau menunggu waktu lagi, aku melepaskan cd ku, sehingga kontolku yang sudah keras dari tadi sekarang terbebas. 
Kami berdua sudah telanjang bulat. 
Aku mengambil posisi didepan memek Nani yang mengangkang, badanku kubungkukkan dan kuarahkan wajahku ke memek Nani. Keindahan bentuk memeknya membuatku terdiam sejenak dan mengaguminya. Lalu dengan perlahan dan penuh perasaan aku mencium memeknya. Wangi memeknya sungguh mempesona, membuat bibirku secara otomatis tidak hanya menciumnya, namun mengulumnya. Lidahku menyibak belahan memek Nani, kubantu dengan telunjuk dan jempol tangan kananku untuk membuka bibir memek Nani.
‘Aaaaaahhh.. luar biasa memek pembantuku ini..’ dalam hatiku.
Terlihat biji itilnya yang memerah, dan lobang memeknya terlihat sempit.
‘Mmmhhhh…mmmhhhh… ssllrrpphhhmmhhhhh…’ gumamku pelan.
Kurasakan pantat Nani agak naik sedikit, karena dia pasti tidak kuat untuk menahan kenikmatan ini. Kukerjai memek Nani dengan jilatan dan kuluman mulutku cukup lama. Lendir kewanitaan Nani mulai mengalir keluar dari memeknya bercampur dengan air liurku. Sampai pada akhirnya kurasakan bibir memek Nani menegang, otot pahanya juga mulai menegang. 
Meskipun Nani mencoba semaksimal mungkin untuk berpura-pura tidur, refleks tubuhnya terhadap perlakuanku di memeknya tetap tidak akan bisa dia kontrol. 
Semakin kutambah intensitas kuluman dan jilatanku di memeknya ketika aku menyadari bahwa Nani sudah hampir mencapai orgasme. Akhirnya, akibat dari serangan bibirku tersebut, tubuh Nani mengejang tertahan, memeknya kurasakan berkedut-kedut di mulutku.
“Hhhhggghh..hhhhhh…hhhh…!” kudengarkan suara Nani menggumam pelan sekali. Nani telah mencapai klimaksnya.
Kurasakan cairan asin mulai mengalir dari lobang memeknya. Kuhisap dan kutelan semua carian tersebut sebelum sempat keluar dari bibir memeknya.
“Enak kan naaannhhh…?” bisikku pelan, sambil aku memposisikan diri berlutut didepan memek Nani.
Sama sekali tidak ada respon yang berarti dari Nani sampai saat itu. Aku kemudian memegang kontolku dengan tangan kananku, kuarahkan dan kutempelkan kepala kontolku ke bibir memek Nani. Lalu kugesekkan kepala kontolku di bibir memeknya, keatas dan kebawah, kadang kuputar-putar kepala kontolku di bibir memeknya. 
Aku benar-benar menginginkan Nani bangun tanpa paksaan pada saat itu, sehingga kami bisa menikmati sesi bersetubuh kami yang sesungguhnya, tapi hal itu tidak terjadi.
‘Mungkin malam ini belum waktunya kuambil perawanmu nan.. tapi besok.. tidak ada alasan..’ dalam hatiku. 
Aku ingin mengambil keperawanannya kalau kami berdua sama-sama sadar, bukan seperti ini, sangat tidak adil menurutku. 
Kulanjutkan aksi nakalku ditubuh Nani, kutancapkan sedikit kepala kontolku kememek Nani, dan mengatur tubuhku diatas tubuhnya. Kuciumi dan kukulum kedua toketnya sambil kuremas-remas, sambil kumaju mundurkan kontolku pelan, kepala kontolku membelah bibir memeknya dan menusuk-nusuk dangkal, sesekali kugesek-gesekkan batang kontolku di belahan bibir memeknya. 
Bibirku mengarah ke ketiak mulusnya, menicumi dan menjilatinya. Lalu bibirku naik menyapu lehernya. Telinganyapun tak luput dari ciuman dan jilatanku.
“Nani sayaaaannggghhh…hhhhh…” desah pelan ditelinganya. Tak ada reaksi apapun darinya.
Kucium bibir sexynya, kukulum dan kumasukkan lidahku kedalam mulutnya.
‘Mmmmppfffhhhh.. mmmmmhhh…mmmhhhhh..’ sambil terus ku maju mundurkan kontolku.
Nani masih diam meskipun lidahku sudah bermain-main didalam mulutnya, meskipun terkadang aku hisap bibir atas dan bawahnya. Nani benar-benar memegang teguh prinsip ke’pura-puraan’nya. 
Hampir 20 menit kontolku menekan-nekan dan menggesek memek Nani sambil bibirku menciumi bibir, leher dan toketnya. Tempo goyangan pinggulku untuk menekan dan menggesek kontolku di memek Nani semakin lama semakin cepat, sampai aku merasakan kontolku sudah hampir muncrat. 
Akupun menarik kontolku dari memeknya dan memegang kontolku dengan tangan kananku dan mengocoknya kasar.
“Sssshhiiiitttttttt….” Gumamku pelan. Akhirnya aku ejakulasi.
‘Creeetttttt…crreettttttt…creeeettt..crreetttttt…. .!’ tumpah semua maniku diperut dan memek Nani.
“Aaaaaaaahhhhh…hhhhmmmmhhhhhh….hhhmmmmhhh…” gumamku panjang.
Aku terdiam, mencoba menikmati sejenak momen kenikmatan itu. 
Kemudian aku mengambil cd Nani dan mengelap maniku yang tumpah di perut dan memeknya, dan setelah itu melemparkannya ke lantai. 
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Aku meraih selimut lalu menyelimuti tubuh bugil kami berdua. Kurebahkan diriku disamping kanan Nani, kupeluk tubuh bugilnya, kucium pipinya, dan tak lama kemudian akupun terlelap.
Bersama si Nani Cerita Sex | ..... | 5

0 komentar:

Posting Komentar