Permainan Terlarang

ini adalah kisah pengalamanku yang sengaja awak beberkan untuk pertama  acap-acapnya. sebut saja namaku arman, awak sendiri tinggal di bandung. kejadian yang awak alami ini kalau tidak salah hirau, terjadi ketika awak akan lulus sma pada tahun 1998.


sungguh sebelumnya awak tak menyangka bahwa awak akan meniduri adikku sendiri yang bernama ratih. dia termasuk anak yang lekas dan ulet, sebab dia adalah yang memasak dan mencuci pakaian sehari-hari. ibuku adalah seorang pedagang kelontong di pasar, sedangkan ayahku telah lama meninggal. entah mengapa ibu tidak berniat untuk menikah lagi.

yang ibu lakukan setiap hari adalah sejak jam 4 subuh dia sudah pergi ke pasar dan pulang menjelang magrib, awak pun se acap-acap-se acap-acap pergi ke pasar untuk membantu beliau, itu pun kalau terpaksa sedang tidak punya uang. sedangkan adikku karena seringnya tinggal di rumah maka dia jarang pergaulan hingga kuperhatikan tampaknya dia belum pernah p kegiatann. oh ya, selisih umurku dengan adikku hanya terpaut dua setengah tahun dan saat itu dia masih duduk di kelas 1 sma.

*****

baiklah, awak akan mulai menceritakan pengalaman seks dengan adikku ini. kejadiannya ketika itu awak baru pulang dari rumah temanku anto pada siang hari, ketika sampai di rumah awak mendapati adikku sedang asyik menonton serial telenovela di salah satu tv swasta. awak pun langsung membuat kopi, merokok sambil berbaring di sofa. saat itu serial tersebut sedang menampilkan salah satu adegan ciuman yang hanya sebentar karena langsung terpotong oleh iklan. setelah melihat adegan tersebut awak menoleh kepada adikku yang ternyata tersipu malu karena ketahuan telah melihat adegan tadi.

"pantesan betah nonton film gituan" ujarku.
"ih, apaan sih" cetusnya sambil tersipu malu-malu.

beberapa menit kemudian serial tersebut selesai jam tayangnya, dan adikku langsung pergi ke wc. kudengar dari aktifitasnya, rupanya dia sedang mencuci piring. karena  kegiatan di televisi tidak ada yang seru, maka awak pun mematikan tv tersebut dan setelah itu awak ke wc untuk buang air kecil. mataku langsung tertuju pada belahan pantat adikku yang sedang berjongkok karena mencuci piring.

"ratih, ikut dulu sebentar pingin pipis nih" sahutku tak kuat menahan.

setelah awak selesai buang air kecil, pikiranku selalu terbayang pada bongkahan pantat adikku ratih. awak sendiri tadinya tak mau berbuat macam-macam karena kupikir dia adalah adikku sendiri, apalgi adikku ini orangnya lugu dan pendiam. tetapi dasar setan telah menggoyahkan pikiranku, maka awak berpikir bagaimana caranya agar dapat mencumbu adikku ini.

aku sering acap-acap mencuri pandang melihat adikku yang sedang mencuci, dan entah mengapa awak tak mengerti, awak langsung saja berjalan menghampiri adikku dan memeluk tubuhnya dari belakang sambil mencium tengkuknya. mendapat serangan yang mendadak tersebut adikku hanya bisa menjerit terkejut dan berusaha melepaskan diri dari dekapanku.

aku sendiri lalu tersadar. astaga, apa yang telah awak lakukan terhadap adikku. awak malu dibuatnya, dan kulihat adikku sedang menangis sesenggukan dan lalu dia lari ke kamarnya. melihat hal itu awak langsung mengejar ke kamarnya. sebelum dia memperdaya pintu awak sudah berhasil ikut masuk dan mencoba untuk menjelaskan perihal peristiwa tadi.

"maafkan.. aa ratih, aa tadi salah"
"terus terang, aa nggak tahu kenapa bisa sampai begitu"

adikku hanya bisa menangis sambil telungkup di tempat tidurnya. awak mendatangi dia dan duduk di tepi ranjang.

"ratih, maafin aa yah. jangan dilaporin sama ibu" kataku agak takut.
"aa jahat" jawab adikku sambil menangis.
"ratih maafin aa. aa berbuat demikian tadi karena aa nggak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya aa nafsu, lagian kan aa sudah seminggu ini putus ama teh dewi" kataku.
"apa hubungannya putus ama teh dewi dengan meluk ratih" jawab adikku lagi.
"yah, aa nggak kuat aja pingin bercumbu"
"kenapa sama ratih" jawabnya.

setelah itu awak tidak bisa berbicara lagi hingga keadaan di kamar adikku begitu sunyi karena kami hanya terdiam. dan rupanya di luar mulai terdengar gemericik air hujan. di tengah kesunyian tersebut lalu awak mencoba untuk memecah keheningan itu.

"ratih, biarin atuh aa meluk kamu, kan nggak akan ada yang lihat ini" adikku tidak menjawab hanya bisa diam, mengetahui hal itu awak mencoba membalikkan tubuhnya dan kuajak bicara.
"ratih, lagian kan ratih pingin ciuman kayak di film tadi kan?" bujukku.
"tapi aa, kita kan adik kangmas?" jawabnya.
"nggak apa-apa atuh ratih, se acap-acapan ini mah belajar, supaya entar kalo p kegiatann nggak canggung"

entah mengapa setelah awak bicara begitu dia jadi terdiam. wah bisa nih, gumanku dalam hati hingga awak pun tak membuang kesempatan ini. awak mencoba untuk ikut berbaring bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. awak harus melakukannya dengan perlahan. belum sempat awak berpikir, ratih lalu berkata..

"aa, ratih takut"
"takut kenapa, say?" tanyaku.
"ih, meuni geuleh, panggil say segala" katanya.
"hehehe, takut ama siapa? ama aa? aa mah nggak tetaplan gigit kok", rayuku.
"bukan takut ama aa, tapi takut ketahuan ibu" jawabnya.

setelah mendengar perkataannya, awak bukannya memberi alasan melainkan bibirku langsung mendarat di bibir ranum adikku yang satu ini. mendapat perlakuanku seperti itu, tampak kulihat adikku terkejut se acap-acap, karena baru pertama  acap-acapnya bibir yang seksi tanpa lipstick ini dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kangmasnya sendiri. adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuhnya ke belakang. tetapi awak mencoba untuk menarik dan mendekapkan lebih sepuluh dasawarsat ke dalam pelukanku.

"mmhh, mmhh.., aa udah dong" pintanya. awak menghentikan pagutanku, dan kini kupandangi wajah adikku dan rasanya awak sangat puas meskipun awak hanya berhasil menikmati bibir adikku yang begitu merah dan tipis ini.
"ratih, makasih yah, kamu begitu pengertian ama aa" kataku.
"kalau saja ratih bukan adik aa, udah akan aa.." belum sempat awak habis bicara..
"udah akan aa apain" bisiknya sambil tersenyum. awak semakin geregetan saja dibuatnya melihat wajah cantik dan polos adikku ini.
"udah akan aa jadiin pacar atuh. eh ratih, ratih mau kan jadi pacar aa", tanyaku lagi.

mendengar hal demikian adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara..

"tapi p kegiatannnya nggak beneran kan" katanya sedikit ragu.
"ya nggak atuh say, kita p kegiatannnya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama ibu" jawabku menetapkannya. setelah itu kulihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukan jam 4 sore.
"udah jam 4 tuh, sebentar lagi ibu pulang. aa mandi dulu yah", kataku kemudian.

maka awak pun bangkit dan segera pergi meninggalkan kamar adikku. setelah kejadian tadi siang awak sempat tidak habis pikir, apakah sah yang awak alami tadi. di tengah lamunanku, awak dikejutkan oleh suara ibuku.

"hayoo ngelamun aja, ratih mana udah pada makan belum?" kata ibuku.
"ada tuh, emang bawa apaan tuh bu?" awak melihat ibuku membawa bungkusan.

setelah awak lihat ternyata ibu membeli bakso, kemudian ibuku memangil ratih dan kami bersama-sama menyantap baso itu. untungnya setelah kejadian tadi siang kami dapat bersikap wajar, seolah tidak terjadi apa-apa sehingga ibuku tidak curiga sedikit pun.

malamnya awak sempat termenung di kamar dan mulai merencanakan sesuatu, nanti subuh setelah ibu pergi ke pasar awak ingin se acap-acap mengulangi percumbuan dengan adikku se acap-acapan ingin tidur sambil mendekap tubuh adikku yang montok. keesokannya rupanya setan telah menguasaiku sehingga awak terbangun ketika ibu berpamitan kepada adikku sambil menyuruhnya untuk mengunci pintu depan. setelah itu awak mendatangi adikku yang akan bergegas masuk kamar kembali.

"ehmm, ehmm, bebas nih", ujarku.

adikku orangnya tidak banyak bicara. mengetahui keberadaanku dia seolah tahu apa yang ingin awak lakukan, tetapi dia tidak bicara sepatah kata pun. karena awak sudah tidak kuat lagi menahan nafsu, maka awak langsung melabrak adikku, memeluk tubuh adikku yang sedang memasabodohkanku.  acap-acap ini dia diam saja sewaktu awak memeluk dan menciumi tengkuknya.
dinginnya udara subuh itu tak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah mengalahkan hawa masa bodoh kamar ini. kontolku yang mulai ngaceng awak gesek-gesekkan tepat di bongkahan pantatnya.

"say, aa pingin bobo di sini boleh kan?" pintaku.
"idih, aa genit ah, jangan aa, entar.."
"entar kenapa?" timpalku.

belum sempat dia bicara lagi, awak langsung membalikkan tubuhnya dan langsung awak pagut bibir yang telah sejak tadi siang membuat pikiranku melayang. awak kemudian langsung mendorongnya ke depan dinding dan menghimpit hangat tubuhnya agar melekat sepuluh dasawarsat dengan tubuhku. awak mencoba untuk menyingkap dasternya dan kucoba untuk meraba paha dan pantatnya.

walaupun dia menjemput ciumanku, tetapi tangannya berusaha untuk mencegah apa yang sedang kulakukan. tetapi awak tersadar bahwa ciumannya  acap-acap ini lain daripada yang tadi siang, ciuman ini terasa lebih hot dan mengairahkan karena kurasakan adikku kini pun menikmatinya dan mencoba menggerakkan lidahnya untuk menari dengan lidahku. awak tertegun karena ternyata diam-diam adikku juga memiliki nafsu yang begitu besar, atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis.

kini tanpa ragu lagi awak mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku untuk kembali meraba pahanya hingga tubuhku terasa berdebar-debar dan denyut nadiku terasa sangat cepat, karena ini adalah untuk pertama  acap-acapnya awak meraba paha perempuan. sebelumnya dengan pacarku awak belum pernah melakukan ini, karena dewi pacarku lebih sering memakai celana jeans. dengan dewi kami hanya sebatas berciuman.

kini yang ada dalam pikiranku hanyalah satu, yaitu awak ingin se acap-acap meraba, menikmati yang namanya heunceut (vagina dalam bahasa sunda) wanita hingga awak mulai menujukan jemariku untuk menyelinap di antara sisi-sisi celana dalamnya. belum juga sempat menyelipkan jariku di antara heunceutnya, ratih melepaskan pagutannya dan mulutnya seperti ikan mas koki yang megap-megap dan memeluk sepuluh dasawarsat tubuhku kemudian menyilangkan kedua kakinya di antara pantatku sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. ternyata ratih telah mengalami orgasme.

"aa.. aah, eghh, eghh" rintih ratih yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya.

sesaat setelah itu ratih menjatuhkan kepalanya di atas bahuku. awak belai rambutnya karena awak pun sangat menyayanginya, kemudian awak bopong tubuh yang telah lunglai ini ke atas tempat tidur dan kukecup keningnya.

"gimana sayang, enak?" bisikku. awak hanya bisa melihat wajah memerah adikku ini yang malu dan tersipu, selintas kulihat wajah adikku ini manisnya seperti nafa urbach.
"gimana rasanya, sayang?" tanyaku lagi.
"aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?" eh, malah ganti bertanya adikku tersayang ini.
"iya sayang, gimana, enak?" jawabku sambil bertanya lagi.
"he-eh, enakk banget" jawabnya sambil tersipu.

entah mengapa demi melihat kebahagian di wajahnya, awak kini hanya ingin memandangi wajahnya dan tidak terpikir lagi untuk melanjutkan aksiku untuk mengarungi lembah belukar yang terdapat di kemaluannya hingga sesaat kemudian karena kulihat matanya yang mulai sayu dan mengantuk akibat orgasme tadi maka awak mengajaknya untuk tidur. kami pun terus tertidur dengan posisi saling berpelukan dan kakiku kusilangkan di antara kedua pahanya.

bersambung . . .
Permainan Terlarang | ..... | 5

0 komentar:

Posting Komentar